Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner

Jumat, 13 April 2012

Angkatan Pujangga Baru dan Karyanya

Buku Pujangga Baru, Prosa dan Puisi yang disusun oleh H.B Jasin adalah sebuah bunga rampai (antologia) dari para pengarang dan penyair yang oleh penyusunnya digolongkan ke dalam Angkatan Pujangga Baru. Seperti diketahui, oleh para ahli dan para penyusun buku-buku pelajaran sastra Indonesia, perkembangan sastra Indonesia dibagi-bagi menjadi angkatan-angkatan. Angkatan Pujangga Baru biasanya ditempatkan sebagai angkatan kedua, yaitu setelah angkatan Balai Pustaka dan mendahului kelahiran angkatan ‘45. Tetapi kita lihat pembagian sejarah sastra Ind onesia dalam angkatan-angkatan ini, tidaklah disertai dengan alasan-alasan yang bisa kita terima. Tidak sedikit pula para sastrawan yang menolak atau tidak mau dimasukan dalam sesuatu angkatan, mereka memilih masuk angkatan yang disukainya. Misalnya Achdiat K. Mihardja pernah menyatakan bahwa ia lebih suka digolongkan kepada angkatan Pujangga Baru, padahal para ahli telah menggolongkannya kepada angkatan ‘45.

1. Sutan Takdir Alisjahbana
Orang besar ini dilahirkan di Natal (Tapanuli) pada 11-02-1908. Setelah menamatkan HIS di Bengkulu ia memasuki Kweekschool di Bukitinggi dan kemudian HKS di Bandung. Setelah itu ia belajar untuk Hoof Dacte di Jakarta dan juga belajar pada Sekolah Hakim Tinggi. Selain itu belajar pula tentang filsafat dan kebudayaan pada Fakultas sastra. Pendidikan yang beraneka ragam yang pernah dialaminya serta cita-cita dan keinginan yang keras itu, menyebabkan keahlian yang bermacam-macam pula pada dirinya. Karangannya mempunyai bahasa yang sederhana tetapi tepat.
Karya-karyanya antara lain:
a. Tak Putus Dirundung Malang (roman, 1929)
b. Dian Tak Kunjung Padam (roman, 1932)
c. Anak Perawan Disarang Penyamun (roman, 1941)
d. Layar Terkembang (roman tendenz, 1936)
e. Tebaran Mega (kumpulan puisi/prosa lirik, 1936)
f. Melawat Ke Tanah Sriwijaya (kisah, 1931/1952)
g. Puisi Lama (1942)
h. Puisi Baru (1946)

2. Amir Hamzah
Amir Hamzah yang bergelar Pangeran Indera Putra, lahir pada 28-2-1911 di Tanjungpura (Langkat), dan meninggal pada bulan Maret 1946. Ia keturunan bangsawan, kemenakan dan menantu Sultan Langkat, serta hidup ditengah-tengah keluarga yang taat beragama Islam. Ia mengunjungi HIS di Tanjungpura, Mulo di Medan, dan Jakarta AMS, AI (bagian Sastra Timur) di Solo. Ia menuntut ilmu pada Sekolah Hakim Tinggi sampai kandidat. Amir Hamzah lebih banyak mengubah puisi sehingga mendapat sebutan “Raja Penyair” Pujangga Baru.
Karya-karyanya antara lain:
a. Nyanyi Sunyi (kumpulan sajak, 1937)
b. Buah Rindu (kumpulan sajak, 1941)
c. Setanggi Timur (kumpulan sajak, 1939)
d. Bhagawad Gita (terjemahan salah satu bagian mahabarata)

3. Sanusi Pane
Sanusi Pane lahir di Muara Sipongi, 14-11-1905. Ia mengunjungi SR di Padang Sidempuan, Sibolga, dan Tanjungbalai, kemudian HIS Adabiyah di Padang, dan melanjutkan pelajarannya ke Mulo Padang dan Jakarta, serta pendidikannya pada Kweekschool Gunung Sahari Jakarata pada tahun 1925. Pada tahun 1928, ia pergi ke India untuk memperdalam pengetahuannya tentang kebudayaan India. Sekembalinya dari India ia memimpin majalah Timbul. Di samping sebagai guru pada Perguruan Jakarta, ia menjabat pemimpin surat kabar Kebangunan dan kepala pengarang Balai Pustaka sampai tahun 1941. Pada jaman pendududkan Jepang menjadi pegawai tinggi Pusat Kebudayaan Jakarta dan kemudian bekerja pada Jawatan Pendidikan Masyarakat di Jakarta.
Karya-karyanya antara lain:
a. Pancaran Cinta (kumpulan prosa lirik, 1926)
b. Puspa Mega (kumpulan puisi, 1927)
c. Madah Kelana (kumpulan puisi, 1931)
d. Kertajaya (sandiwara, 1932)
e. Sandyakalaning Majapahit (sandiwara, 1933)
f. Manusia Baru (Sandiwara, 1940)

4. Muhamad Yamin, SH.
Prof. Muhammad Yamin, SH. dilahirkan di Sawahlunto, Sumbar, 23 agustus 1905. Setelah menamatkan Volkschool, HIS dan Normaalschool, ia mengunjungi sekolah-sekolah vak seperti sekolah pertanian dan peternakan di Bogor. Kemudian menamatkan AMS di Jogyakarta pada tahun 1927. Akhirnya ia memasuki Sekolah Hakim di Jakarta hingga bergelar pada tahun 1932. Pekerjaan dan keahlian Yamin beraneka ragam, lebih-lebih setelah Proklamasi Kemerdekaan 19’45, ia memegang jabatan-jabatan penting dalam kenegaraan hingga akhir hayatnya (26 Oktober 1962). Ia pun tidak pernah absen dalam revolusi.
Karya-karyanya antara lain:
a. Tanah Air (kumpulan puisi, 1922)
b. Indonesia Tumpah Darahku (kumpulan puisi, 1928)
c. Menanti Surat dari Raja (sandiwara, terjemahan Rabindranath Tagore)
d. Di Dalam dan Di Luar Lingkungan Rumah Tangga (Terjemahan dari Rabindranath Tagore)
e. Ken Arok dan Ken Dedes (sandiwara, 1934)
f. Gajah Mada (roman sejarah, 1934)
a. Dipenogoro (roman sejarah, 1950)
b. Julius Caesar (terjemahan dari karya Shakespeare)
c. 6000 Tahun Sang Merah Putih (1954)
d. Tan Malaka (19’45)
e. Kalau Dewi Tara Sudah Berkata (sandiwara, 1957)

5. J.E. Tatengkeng Lahir di Kalongan, Sangihe, 19 Oktober 1907. Pendidikannya dimulai dari SD kemudian pindah ke HIS Tahuna. Kemudian pindah ke Bandung, lalu ke KHS Kristen di Solo. Ia pernah menjadi kepala NS Tahuna pada tahun 1947. Karya-karyanya bercorak religius. Dia juga sering melukiskan Tuhan yang bersifat Universal. Karyanya antara lain
Rindu Dendam (kumpulan sajak, 1934).

6. Hamka
Hamka adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Ia lahir di Maninjau, Sumatera Barat, 16 Februari 1908. Dia putera Dr. H. Abdul Karim Amrullah, seorang teolog Islam serta pelopor pergerakan berhaluan Islam modern dan tokoh yang ingin membersihkan agama Islam dari khurafat dan bid’ah. Pendidikan Hamka hanya sampai kelas dua SD, kemudian mengaji di langgar dan madsrasah. Ia pernah mendapat didikan dan bimbingan dari H.O.S Tjokroaminoto. Prosa Hamka bernafaskan religius menurut konsepsi Islam. Ia pujangga Islam yang produktif.
Karyanya antara lain:
a. Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938)
b. Di Dalam Lembah kehidupan (kumpulan cerpen, 1941)
c. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk (roman, 1939)
d. Kenang-Kenangan Hidup (autobiografi, 1951)
e. Ayahku (biografi)
f. Karena Fitnah (roman, 1938)
g. Merantau ke Deli (kisah;1939)
h. Tuan Direktur (1939)
i. Menunggu Beduk Berbunyi (roman, 1950)
j. Keadilan Illhi

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar